Mewarnai: Naga dan Putri Hijau
Legenda Putri Hijau: Kecantikan yang Membawa Banyak Hambatan
Selamat datang di blog khusus anak! Kali ini, Putrikaila1919.my.id
ingin berbagi cerita tentang legenda
Putri Hijau. Bagaimana kisahnya? Silahkan baca sampai tuntas kisah legenda
Putri Hijau berikut ini ya.
Bagi setiap Wanita, menjadi cantik tentu saja adalah
idaman. Sehingga tidak jarang, berbagai cara dan usaha akan dilakukannya agar bisa selalu terlihat lebih menarik dimata pria.
Hingga, tak jarang beberapa Wanita menganggap bahwa memiliki kecantikan adalah suatu
keberuntungan. Bahkan, banyak yang menganggap hidup ini akan terasa lebih mudah
dijalani jika diberkati oleh kecantikan. Sebenarnya, tidak mesti demikian juga
sebab pada dasarnya semua orang yang terlahir ke dunia ini sudah tentu dibekali
dengan kelebihannya masing-masing. Lagi pula, cantik itu bukan hanya sekadar
fisik. Sebab kunci dari kecantikan yang sesungguhnya adalah memiliki hati yang
bersih.
Putri Hijau: Kecantikan yang Membawa Perang
Pada kisah legenda kali ini Putrikaila1919.my.id akan
bercerita tentang kisah seorang Wanita cantik yang berasal dari Sumatra Utara
dan Aceh. Putri Hijau adalah seorang putri yang sangat cantik jelita. Saking
cantiknya, konon sampai menyebabkan peperangan antara dua Kerajaan karena ingin
memperebutkan dirinya. Bagi orang Sumatera Utara khusunya Medan, tentu saja
nama Putri Hijau ini tidak terdengar asing dikedua telinga mereka. Selain namanya
digunakan untuk memberi identitas salah satu jalan. Ternyata Putri Hijau ini bukan
pula hanya sebatas nama, namun ada legenda yang menyertai dan terukir dalam Sejarah
cerita rakyatnya.
Alkisah, cerita tentang Putri Hijau ini dimulai setelah
kematian raja dari Deli Tua. Diceritakan bahwa Sang Raja ini memiliki tiga
orang anak yang terdiri dari sulung bernama Mambang Yazid, Mambang Khayali si
bungsu, dan Putri Hijau sebagai anak tengah. Meninggalnya sang ayah tercinta
yang juga adalah seorang raja, tentu saja sesuai tradisi yang ada, maka
otomatis akan menurunkan tahta kerajaannya kepada anak lelaki tertua, sehingga,
tanpa menunggu persetujuan dari orang lain, Mambang Yazid pun langsung meneruskan
tugas ayahnya. Sebelum kepergiannya, sang raja menitip pesan pada dua anak
laki-lakinya agar menyayangi dan melindungi Putri Hijau karena ia merupakan
anak perempuan satu-satunya di keluarga. Bukan pesan yang sukar untuk dituruti,
sebab mereka sudah terbiasa untuk saling mengasihi.
Seiring waktu kepergian sang ayah, mereka bisa
berdamai. Kasih saying yang tercurah pada Putri Hijau berhasil menghilangkan
kesedihan yang ada pada hatinya. Sehingga tidak ada lagi waktu yang
dihabiskannya untuk menangis. Ia memanfaatkan waktu dengan melakukan kebaikan.
Alhasil, kecantikan yang diturunkan kedua orang tua ditambah dengan kematangan
jiwa serta kemuliaan hati yang ada padanya melahirkan pesona yang tiada tara
bagi para lelaki yang melihatnya. Selain memiliki kecantikan yang luar biasa,
diketahui bahwa Putri Hijau ini juga tidak jarang ikut berperan pada tanggung
jawab yang dimiliki Mambang Yazid. Solusi yang diberikan selalu tepat sasaran. Hal
ini membuatnya semakin menjadi pujaan rakyatnya dikarenakan rakyatnya kian
terpesona oleh kecantikan dan juga kepintarannya.
Tuhan Yang Maha Esa menganugrahinya dengan
kecantikan yang tiada tara, bahkan, tak jarang beberapa orang yang sempat melihatnya
saat ia sedang berdoa di taman belakang istana di waktu senja, tubuhnya
terlihat memancarkan cahaya hijau. Cahaya yang menyerupai udara, menembus awan,
dan menyinari langit-langit terjauh. Cahaya dari Putri Hijau sampai ke langit
Aceh. Membuat raja yang gagah nan tampan itu penasaran. Akhirnya ia
memerintahkan menteri kerajaan untuk mencari jawaban terkait. Saat mengetahui
bahwa cahaya yang menyapa langit kediamannya adalah milik seorang putri dari
kerajaan Deli Tua dengan paras cantik jelita, maka tanpa pikir panjang ia
kembali mengutus orang-orang kepercayaannya agar meminang Putri Hijau.
Namun sayangnya niat baik raja Aceh tersebut tidak
disambut baik oleh sang putri. Bukan karena keangkuhan dirinya, melainkan karena
ia belum siap untuk menikah dan tentu saja alasan lainnya adalah karena ia
ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan kedua saudaranya. Sang raja dari
Aceh yang sudah terlanjur jatug cinta itu tentu saja tidak mengindahkan
keinginan Putri Hijau, sehingga penolakan dari Putri Hijau itu menggores hati
yang akhirnya memicu amarah besar dan dianggap sebagai penghinaan kepada dirinya.
Dengan penuh amarah, raja Aceh tersebut memerintahkan kepada segenap pasukannya
agar Bersiap untuk memerangi Kerajaan Deli tua.
Kapal-kapal dari kerajaan Aceh berlayar di lautan, mendatangi
kerajaan Deli Tua dengan maksut untuk menaklukan Kerajaan dan membawa paksa
Putri Hijau ke Kerajaan mereka. Perang besarpun tidak terhindarkan.
Perang besar antara dua Kerajaan terjadi, namun,
hal itu tidak membuat pihak Putri Hijau menyerah dan bertekuk lutut. Singkat
cerita, karena persiapan dari Kerajaan Aceh lebih matang, maka mereka berhasil
melewati benteng pertahanan Kerajaan Deli Tua, alhasil, dengan siasat, akhirnya
mereka berhasil membawa Putri Hijau ikut Raja Aceh kembali ke wilayah
kekuasaannya. Raja Aceh tentu saja merasa senang, sehingga saat itu ia bersedia
memenuhi seluruh permintaan Putri Hijau tanpa berpikir panjang. Tidak
diketahuinya bahwa itu merupakan bagian dari rencana lawan. Permintaan pertama
yaitu menyediakan keranda kaca sebagai tempat sang putri selama di perjalanan.
Kemudian, saat di pertengahan jalan, Putri Hijau mengajukan permintaan kedua;
rakyat Aceh melemparkan sebutir telur dan segenggam bertih ke laut. Akibatnya,
air di laut menjadi putih dan beberapa saat kemudian hujan turun disertai angin
kencang. Ombak setinggi bukit mengombang-ambing kapal-kapal kerajaan Aceh.
Seolah tidak cukup, naga raksasa datang dari dasar lautan ikut menambahkan
kesengsaraan penghuni kapal.
Ternyata, naga itu adalah Mambang Yazid yang akan
menyelamatkan adiknya. Hancurnya kapal tidak memengaruhi keselamatan Putri
Hijau sebab telah terlindungi keranda kaca. Dibawa ke dasar lautan, sang putri
dihadapkan pada sebuah istana. Mambang Yazid memberi perintah pada Putri Hijau
untuk menetap di sana tanpa perlu khawatir merindukan saudara-saudaranya,
keduanya akan datang bila sang putri memanggil. Sementara Mambang Khayali yang
sempat mengubah diri menjadi meriam pada saat peperangan, diperintahkan untuk
bertapa di Gunung Sibayak dan meninggalkan meriam puntung akibat peperangan.
Akhir cerita, dikisahkan bahwa pada akhirnya Mambang
Yazid yang sakti itu sampai saat ini masih menetap di Selat Malaka. Teman-teman
Putrikaila1919.my.id, menurut teman-teman sekalian, setelah membaca kisah tentang
legenda Putri Hijau ini, apakah hal ini dapat mengubah pandangan teman-teman
sekalian, bahwa ternyata kecantikan itu tidak selamanya membawa pada kehidupan
yang mulus tanpa hambatan? Silahkan tulis komentarnya di bawah artikel ini ya.
Salam.
Mewarnai Gambar